Bali - Gili Trawangan, 9 - 13 Agustus 2023
Kali ini offsite kedua suami setelah 3 bulan bekerja. Dan karena sebelumnya aku dinas dari Jakarta untuk ikut kompetisi kantor, langsung lanjut honeymoon part sekian. Karena waktu di Jakarta aku ngerasa me time, bulan Mei udah family time, sepertinya ini saat yang tepat untuk quality time bareng suami yang pasrah-pasrah aja mau dibawa kemana.
Dari bandara kami flight direct ke Bali dengan harga yang cukup murah yaitu di angka 800k, yah meskipun dengan drama singa yang selalu delay. Tapi gapapa, kami tetap sabar karena tujuan kami Bali, apalagi pemandangan flightnya cakep, ada gunung, laut biru, awan tanpa polusi setelah flight dari Jakarta. Dan Bali, we're coming back!!! Jangan lupa foto di spot wajib ini.
Lalu kami langsung ke parkiran motor untuk mencari sewaan motor, kami dapat harga 80k per hari Scoopy dan kami langsung booking 5 hari. Emang Bali tempat pariwisata, apa-apa mudah banget. Lalu kami cari makan siang yang sebenarnya agak drama karena sulit cari makan siang yang sreg sementara kami kelaparan. Akhirnya bungkus aja untuk dibawa ke penginapan dengan nama Pondok 3 Mertha yang ada di gang Samuan. Jalannya kecil, masuk gang, hanya bisa untuk 1 mobil, tapi yang berlalu lalang cukup banyak. Kemana-mana juga dekat kalo naik motor. Dengan harga 180k pesan lewat traveloka kami booking 4 malam. Kamarnya bersih, wangi, ada air panas, meskipun ada di lantai 3.
Dan kami jalan-jalan sekitar beachwalk untuk cari cemilan, tapi ternyata seperti beberapa tahun lalu, suasananya sama, jadi kami ke Seminyak untuk cari sunset. Entah kenapa kami bertanya-tanya kok bisa ya pasir di Pantai Seminyak ada butiran kemilaunya. Sunsetnya juga perfect banget. Air lautnya dingin bangeettt. Kami ke Sand Beach Bar karena ada live accoustic yang aku cocok tapi tanpa minimum order. Betah banget sampai malam karena lagunya bagus-bagus sesuai genre kesukaan. Kami capek dan istirahat karena besok rencana mau ke beach club.
Hari kedua kami menjelajah Kuta Selatan dengan tujuan Suluban Beach dan Gunung Payung karena melihat rating yang bagus dan tidak terlalu menantang karena suami pengen liburan santai. Tapi emang lalu lintas Bali ini cukup membingungkan untuk pusat kotanya. Tapi sudah masuk Uluwatu lumayan lah udah bisa baca map. Kami sampai ke spot pertama setelah 20km-an di Suluban Beach. Tiket masuknya seharga 5K, kami istirahat sebentar sambil makan gelato seharga 35K untuk 2 rasa pilihan. Setelah itu menuruni tangga yang cukup banyak, ikutin jalan aja, bahkan lewatin rumah warga yang beberapa ada usaha oleh-oleh. Dan kami sampai di pantai dengan tebing curam, air biru dan ombak yang cocok untuk surfing. Tapi karena ga ada wahana apa-apa jadi kami cuma sebentar keliling disini.
Lanjut 12km ke Gunung Payung Beach. Tiket masuknya 10k, untuk turun ke bawah bisa jalan kaki atau naik shuttle seharga 25k dapat aqua kecil 1 botol. Dan bener aja, kalo turun sendiri kaki bakalan patah kali ya. Karena liatnya aja bikin ngos-ngosan dan berkelok-kelok. Dan kita sampai di pantai cantik ini. Kita pesan makan dulu sambil nyantai karena memang jam makan siang. Harga restorannya disini sangat-sangat affordable karena makan berat aja 35-50k dan rasanya enak. Tapi untuk minuman kurang variatif.
Setelah makan kami lanjut turun ke pantai untuk main kano. Per jam tarifnya 50k dan kami main kano ditengah hari panas terik hahaha, seolah-olah bajak laut dengan view air yang bening dan dibawahnya masih alami banget, ada banyak binatang dan rumput laut. 1 jam cukup membuat kita menghitam dan gelap. Disini banyak spot teduh, jadi kami istirahat dulu sebelum kembali ke penginapan.
Setelah perjalanan 20km lagi, kami sampai di penginapan. Istirahat sebentar, bersih-bersih, kita mau siap-siap ke Canggu meskipun suami bingung pake outfit apa ke Atlas, akhirnya kami cari keliling belanja dulu mulai dari cincin, baju, dan sambil nunggu dia belanja, sesekali aku jajan kacang harga seribuan, bakwan 10k, opak singkong. Dan akhirnya selesai juga, otw ke Atlas.
Kami sampai di Atlas pas sudah senja, redeem voucher yang dibeli lewat traveloka, tiket General Admission seharga 200k sudah dapat 1 minuman pilihan dan free coca cola, lumayan. Proses checkin-nya juga cepat, ada security check juga tidak boleh membawa minuman dan makanan ke dalam. Dan karena aku pesannya di traveloka, ga dapet tumbler dari atlas, akhirnya beli seharga 50k untuk kenang-kenangan. Venuenya bagus, luas, attractionnya juga lumayan variatif ada DJ, fire dan modern dance, tapi vibes partynya kurang dapet. Soundnya aja bikin jedag-jedug-jeder.
Kurang dapat sensasi partynya, akhirnya kami berpindah ke sebelah yaitu Finns, pas masuk sini tanpa tiket masuk, hanya security check, dan disana banyak banget orangnya. Kami ke restoran dulu karena belum makan. Pesan buritto, pizza dan minuman. Setelah selesai makan kami ikut joget-joget meskipun ini pengalaman pertama partyku jadi narinya kaya senam SKJ hahaha... Keren banget, kalo vibes aku dapet banget di finns dan jarang orang lokalnya, lebih banyak orang asing.
Setelah malam party sampai jam 12 malam, paginya kami harus bersiap ke Padang Bai karena nyebrang ke Gili Trawangan. Meeting point di Kerti Restaurant, yaitu berjarak 53km dari penginapan dan kami kesana naik motor. Jam 09:30 kami check in dan kapal mulai jalan jam 10:30, kami menyebrang dengan Wijaya Perkasa fastboat, pelabuhannya lautnya bagus banget walaupun kurang tertata.
Jam 12 lewat sudah sampai di Pelabuhan Gili Trawangan. Pertama kali datang ya ampun, finally island life.
Disini mayoritas orang asing. Bener-bener kaya bukan di Indonesia karena cafenya mulai dari menu dan desain udah kebarat-baratan. Kami check in dulu ke Hotel Gili Sand Beach, dan diinfo oleh resepsionisnya akan ada friday night party sampai jam 3 pagi, dan pasti mengganggu kenyamanan istirahat. Dan aku ga masalah karena bisa tidur dalam kondisi apapun, kecuali ga punya duit hihihi.
Kita cari makan siang, nemu warung Indonesia dan aku pesan cumi goreng tepung, suami pesan mie goreng. Rasanya enak, harganya 35-50k per porsi. Posisinya tepat di sebelah night market Gili Trawangan. Lalu kita sewa sepeda seharga 75k karena boncengan. Keliling Gili Trawangan yang dilihat dari peta kecil, ternyata lumayan capek juga. Medannya sih jalan paving tapi banyak pasir pantai.
Kami ke Turtle Point dan liat-liat souvenir cuma harganya cukup mahal jadi kami gak beli. Sore kami nemu cilok dan kata paleknya kalau sore bagusnya di Sunset Point, dekat ombak sunset. Kalau pagi baru ke turtle point karena biasa banyak yang snorkling. Akhirnya ke Sunset Point dan menghabiskan senja disana sampai matahari tenggelam.
Malamnya kami lanjut cari makanan di gili trawangan night market, harganya cukup affordable karena bakar-bakaran per tusuk 25k, minimal beli 2 tusuk dapat nasi dan sayur. Ada jajanan dan jus juga, harganya kaya di kota besar, gak kaget lah kalo biasa hidup di Balikpapan kaya aku. Bener-bener yang menuhin night market orang asing, mungkin sambil kulineran juga kali ya. Lalu kita lanjut sepedaan keliling tapi sudah di Sunset Point agak sepi jadi putar balik.
Tengah malam suami mau party dan aku tidur aja meskipun jedar jeder jendela sampe bunyi tapi aku tetap tidur dan jemput suami jam 3 pagi sesuai jadwal partynya selesai karena kami besok balik ke Bali jam 12 siang. Akhirnya kami istirahat dan paginya aku bangun, sendirian ke turtle point, sayangnya ombaknya kencang meskipun ditawarin kalo snorkling bakal dijagain tapi aku takut dan viewnya hanya rumput laut. Sementara aku sudah pernah liat hamparan karang di selat makassar dan effortless karena airnya lebih tenang dan ga jauh dari bibir pantai. Akhirnya foto-foto aja, cari sarapan dan balik ke hotel.
11:30 kami check in dan pelabuhannya rame banget, ada biaya restribusi pelabuhan 10k per orang sama seperti di Padang Bai. Nunggunya cukup lama kapal datang, karena weekend.
Dan perjalanan kami diwarnai ombak yang bikin pusing. Untungnya fastboat ini ada yg outdoor dan indoor, AC di indoor juga ga ada masalah jadi aku mengamankan seat duluan menggunakan privilege badan kecil diantara bule-bule untuk bisa menyalip. Rute pulang mampir dulu ke Gili Air dan Bangsal, jadi lumayan, ga perlu hopping udah bisa liat pulau cantik di pesisir Lombok Utara.
Setelah menghadapi ombak, kami harus balik ke Kuta naik motor 1.5jam dan beli makan siang di pinggir jalan. Kami makan sate di pintu masuk pantai yang termasuk pusat kebudayaan Bali. Dengan view perbukitan, hawanya juga adem, enak banget suasana Gianyar. Kami meneruskan perjalanan dan akhirnya sampai. Malamnya beli pie susu untuk oleh-oleh dan nongkrong dengan teman-teman sejawat. Suami tidur aja di penginapan karena terlalu lama persiapannya. Meskipun ada drama ngambek disini. Dan kami istirahat karena ini malam terakhir kami di Bali.
Kami bangun pagi, bersiap, packing, jalan-jalan ke mall, dan berujung keraguan membeli parfum yang akhirnya disesaki. Hmm….
Dan kami beli Falala Chocolate. Waktu masuk Falala Chocolate kami dicegat gojek yang katanya dapat coklat dari customer seharga 114k siapa tau ada yang mau nebus, tapi kami tetap masuk karena sudah pesan via online, aku pesan yg dark dan caramel. Pak Gojeknya masuk dan menawarkan ke kasir bisa gak diganti uang 50k aja tapi ga bisa. Akhirnya suami bilang ya udah beli aja cuma 50k. Akhirnya kami beli tanpa cek struk atau isinya, saya kasih 70k dengan segudang doa dari si Bapak, semoga sehat selalu, dimudahkan urusannya, selamat sampai tujuan, bahagia padahal kalo dibilang aku lebih untuk karena dapat coklat setengah harga dan ternyata isinya yang matcha. Alhamdulillah, Allah maha baik.
Kami pulang ke penginapan dan check out. Pamit ke penjaga dan balikin motor ke bandara. Perjalanan kami sangat lancar meskipun delay 1 jam, tapi pulang masih terang tidak sampai malam, bisa lihat gunung dan pulau kecil dari atas. Terima kasih Bali dan Gili, 4 kali ke Bali tidak pernah kecewa!
Komentar
Posting Komentar