Pare-Pare, Toraja, Makassar 3-7 Mei 2023
Kembali lagi ke fernando’s travel diary #5
Setelah research berbulan-bulan lebih memilih trip ke Utara atau Selatannya Sulsel. Akhirnya kami mencari yang antimainstream. Destinasi utama adalah Tebing Romantis Kendenan! Perjalanan dimulai…
Kami ke Pare-Pare naik PELNI dengan harga berempat Rp 776.000, murah sih tapi ada drama delay sampe 2 hari akhirnya ngubah cuti bahkan kami dapat tiket nonseat dengan bawa 2 anak yang syukurnya bisa diajak ngemper di lorong kapal. Perjalanan ditempuh selama 16 jam dan kami sampai ke Port of Pantoloan, Pare-Pare.
Karena sampai di malam hari, sebelumnya sudah booking hotel Gazzaz dengan rate 350k per malam yang bisa ditempuh berjalan kaki beberapa ratus meter san kami ngedrop barang-barang sambil scroll gofood mau makan apa.
Setelah itu kami mau beli bekal perjalanan ke Toraja besok karena 3-4jam katanya. Sekalian aku dan anak-anak melipir ke Monumen Habibie - Ainun di Lapangan Andi Makassau hanya dengan berjalan kaki dari hotel.
Setelah sampai hotel kami istirahat dan paginya kami ke monumen lagi berempat untuk foto bareng dan lihat-lihat Lapangan Andi Makassau di pagi hari. Menurut saya lebih keren pas malam karena lampunya terang dan warna warni.
Jam 10:00 WITA kami dijemput driver untuk ke Toraja lewat Sidrap, dan kami melihat PLTB Sidrap sayangnya ga sempat terfoto karena waktu itu saya sedang ngezoom jadi hp ga bisa untuk berfoto, itupun sinyal kedip-kedip. Stop spot pertama kami adalah Gunung Nona Enrekang untuk makan siang. Kami ke warung yang ada balcony untuk berfoto dan berbayar 2k namun cukup aman untuk kami yang punya anak kecil. Makanannya standar warmindo, seporsi mie 25k, pokoknya gak mahal, rasanya tapi so so. Kami cukup lama disini karena hujan deras, beruntungnya kami sempat foto sebelum Gunung Nona diselimuti kabut.
Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke Toraja yang cukup panjang, karena hujan lagi jadi kami hanya diantar sampai ke penginapan. Namanya Homestay Kaloan dengan rate 350k per malam karena kami pakai kamar mandi dalam. Posisi dekat sekali dengan pusat Kota Makale yaitu Monumen Lakipadada. Setelah sampai kami cari jajan lagi karena anak-anak pengen eskrim dan diluar dugaan, orang Toraja ramah-ramah🥹 sesama pejalan kaki ditegur sapa, sedikit pertanyaan basa basi tentang anak, jujur mengesankan banget. Meskipun cukup effort cari makan malam yang halal dan daerah ini belum disupport ojek online. Akhirnya saya contact sewa motor sekitar sini dan diantarkan ke lokasi dengan harga 100k per 24 jam. Malam itu kami berjalan-jalan mengelilingi Kota Makale.
Esok paginya kami dijemput Jeep untuk one day trip ke Tebing Romantis karena Ollon tidak bisa dikunjungi menggunakan mobil. Untuk sewa jeep saya dapat di rate 2.5jt untuk PP Makale - Kendenan, dengan jarak tempuh 54km, jalan berliku, dan lebih banyak offroad. Awal-awal masih aspal mulus, lama-lama aspal yang ada lubang dan pecahannya, setelah itu trek jurang, dan offroad yang bikin kita seperti naik kuda. Anehnya gak bikin mabuk. Anak-anak happy padahal waktu pagi dingin banget efek hujan dan kabutnya turun. Dan pemandangannya se-magical itu✨
Setelah 3 jam kami sampai di Kendenan, alhamdulillah panas tapi tidak terik, tanpa tiket masuk, tidak ramai dan pemandangannya masyaAllah superb! Hamparan bukit berhektar-hektar, padang rumput kehijauan dengan sapi-sapi (tentu sepaket dengan kotorannya), di belakang kami sedang ada kabut, kami dapat view combo! Dan kami berfoto jalan jauh kesana kemari selama 2.5jam tanpa makan siang (dan Reyhan badmood parah disini tapi tetap mau foto) padahal udah bawa nasi kuning sebagai bekal dan kita balik lagi ke Makale.
Sesampainya di Makale kami ambil motor untuk ke Buntu Burake. Disini tiket masuknya 20k, jalannya menanjak dan berkelok, patung Yesus besar sekali dan view Toraja dari atas sangat sangat keren. Sambil beli oleh-oleh kami menikmati sore disini sambil melihat sunset.
Karena jam sewa motor sudah habis bahkan over 1 jam, karena beli makan malam dulu, kami kembalikan dengan tambahan 15k, it’s okay tetap worthed. Apalagi orang disini baik-baik. Akhirnya persiapan besok harus ke Makassar. Ya walaupun malamnya kami tetap ke monumen karena bolak balik dengar bus telolet, anak-anak seneng bus teloletnya ada yang bunyikan klakson.
Paginya saya jalan sendiri ke sekitar untuk cari sarapan karena belum ada yang bangun, dan saya ditawari ojek akhirnya saya tanya bisa gak ke Kete’ Kesu. Karena ke Toraja tanpa kesana rasanya kurang afdol. Dengan tarif 140k pp saya kesana sendirian😂 cuma 30 menit sudah sampai dan tiket masuk seharga 15k, saya keliling mulai ke lumbung, tempat oleh-oleh sampai ke kuburan tebing. Jujur hawanya serem karena saya kesana pagi banget dan sepi jadi dari luar aja. Jalan-jalan sekitar setengah jam dan kembali ke Makale untuk pesen bus dan cari sarapan.
Setelah sarapan kami naik bus Trans Manggala dengan tarif 200k per kursi, saya pesan 3 kursi dan dapat paling belakang dengan anak-anak. Stop sebentar di rest area dan kami sampai di Makassar setelah 10 jam naik bus. Itupun hanya sampai di SPBU Daya, kami lanjut naik gocar ke Fave Hotel Losari dengan rate 350k tanpa breakfast per malam dan bisa jalan kaki ke Losari. Sampai disana pesan gofood konro dan pesan snack di hotel.
Waktu itu malam minggu jadi kami ke Losari ramai bangetttt, kami foto di icon losari, kapal phinisi dan ke mainan anak-anak. Sebuah kontras waktu saya ditabrak sama mobil-mobilan anak lain, yang pegang remote malah ketawa cengengesan boro-boro minta maaf. Beda banget sama Toraja, dan mood auto hancur mau cepat balik ke hotel, bahkan ga sempet rasain pisang epe karena udah males banget. Meskipun anak nangis minta mainan tapi udah dicuekin aja. Cuma pengen ke kamar dan istirahat.
Besoknya kami bener-bener di hotel aja, paginya nyari ATM dan sarapan sendirian, sambil foto-foto Losari pas pagi. Lumayan pagi itu dapat banyak shoot, ya kalo soal foto-foto objek paling bener jalan sendirian ya hahaha...
Dan ini adalah malam terakhir kami di Makassar, karena besoknya kami penerbangan siang, leyeh-leyeh dulu di hotel karena cukup panjang perjalanannya dari hari pertama. Dan trip kali ini anak-anak merasakan naik jeep dan view gunung. Perjalanan ditutup dengan jalan cukup jauh ke Bandara, dan drama Reyhan ngambek karena ga mau naik pesawat warna merah, maunya yang warna hijau. Dikira angkot apa ya wkwkwk. Next apalagi ya? Tunggu episode The Fernando's Travel Diary selanjutnya yaa...!
Komentar
Posting Komentar