Loksado, Kalimantan Selatan 26 - 28 Februari 2022


Loksado, tempat yang kuimpikan sejak dulu. Lokasinyaberada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalsel. Rasanya pengen ngerasain main air di sungai yang jernih ga perlu jauh jauh ke Jawa. Dengan persiapan hari libur hanya 3 hari, belum lagi dibatasi dengan PPKM dan aturan-aturan pandemi. Kami nekad menempuh via darat sekitar 200km to go.

Untuk ke Loksado, dari Balikpapan jam 10 pagi. Kita ambil jalur arah Banjarmasin, jadi kita harus naik ferry dulu yang koceknya lumayan dalam karena biayanya Rp 300.000 per satu kali jalan. Lalu kita melewati jalan poros, kemudian ambil arah kuaro. Di kuaro jalannya cukup curam dan harus ekstra hati-hati jangan sampai mobil mundur atau bisa masuk jurang. Setelah perjalanan hampir 3 jam, kami istirahat untuk solat dan makan di Air Terjun Gunung Rambutan Kuaro. Kami makan soto yang seger banget dengan harga Rp 15.000 per mangkok dan es teh Rp 5.000.

Untuk mandi di air terjun gratis, kalau mau ke toilet bayar seikhlasnya.



Lanjut, kita sudah memasuki Kabupaten Paser, rutenya Longkali, Kuaro, Busui. Di daerah Busui, view kanan kiri gunung. Aku gak pernah nyangka ternyata Kalimantan sekeren ini. Kami juga punya gunung ! Ini screenshoot dari video yang aku rekam karena gak sempat foto saking kagetnya hahahaha...





Belum lagi ada Batu Dinding di Muara Komam yang tinggi banget, dan mungkin batu kapur kali ya karena warnanya putih. Sayangnya kami gak sempat foto, karena dikejar waktu. Kami cuma istirahat sebentar di perbatasan Kaltim-Kalsel untuk makan pentol (seperti biasa, cemilan favorit adalah salome) dan kami melihat-lihat mulai banyaknya aktifitas tambang di pinggir jalan.



Setelah 7 jam perjalanan yang mulai terasa lama, kami sampai di Kecamatan Tanjung  Kabupaten Tabalong. Kota kecil yang setidaknya sudah ada KFC dan Hotel Aston. Jaraknya dekat banget dengan area hauling batubara. Kita istirahat sebentar untuk isi bensin. Dan karena takut kemalaman kami lanjut ke arah Kandangan menuju Loksado. Hari sudah mulai malam bahkan kami melewati kebun karet yang serem banget karena ikutin arahan google map dan bikin kita berdoa banyak-banyak. Akhirnya kita sampai di daerah Paringin, setelah itu jalan terus sesuai google dan finally udah ada plang penunjuk jalan ke Loksado. Jalannya halus, tapi sepiiii banget dan benar-benar macem desa dengan penduduk yang sedikit. Jalan naik turun dan berkelok-kelok bikin adrenalin makin naik. Masih kebayang rasanya gimana jam 10 malam lewat jalan macem itu. Jam 22.30 kami sampai di penginapan kami karena posisinya diluar aja. Namanya Graha Wisata Amandit dengan rate kamar Rp 275.000 + ekstra bed Rp 50.000, tapi tanpa sarapan ya. Dapur bisa digunakan bersama. Kamar mandi cuma air dingin. Tapi memang kita niatnya liburan yang menyatu dengan alam bukan yang luxury. Suara airnya gemerisik dan ada beberapa suara binatang sebagai pengantar tidur. Dan kami tidur nyenyak setelah 12 jam perjalanan.


Setelah solat subuh, aku keluar kamar. Jalan ke pinggir sungai dan sudah ada beberapa orang yang bangun untuk menghirup udara segar. Injak rumput yang penuh embun, cuaca rintik, view bukit dan aliran sungai. Rasanyaaaa benar-benar refreshing banget. Aku keliling sana sini karena penginapan ini ada beberapa tanaman yang dibudidayakan terutama buah-buahan, dan beli sarapan lalapan seharga Rp 20.000 dan beberapa snack didepan penginapan.

Akhirnya suami nyusul dan segera melempar joran diatas rakit bambu. Sayangnya sungai tempat kita menginap ini gak bisa renang dan airnya sudah bercampur pasir. Jadi kayanya pagi kita harus menempuh sekitar 10 menit lagi untuk main di sungai.




Setelah sepuluh menit dengan jalan kecil dan cukup berkelok, kami sampai ke sungai jernih yang ternyata lebih banyak penginapan disana. Dan ada bamboo rafting atau bahasa gaul dari gethe' / rakit bambu dengan harga Rp 350.000, dan ada arung jeram juga tapi kami gak minat karena bawa 2 balita. Kami cuma mau main air, dan kami masuk ke area outbound camp yang petugasnya ramah dan baik banget. Kalo tau nginap disini. Karena kami diperbolehkan masuk tanpa bayar, jadi kami menebusnya dengan membeli baju yang dijual disana.



Dan kami main air sepuasnya sampe anak-anak kedinginan dan hotwheelsnya hilang. Tapi kami bener-bener quality time disini. Sekitar 2 jam kami main air dan foto-foto. Kami bawa anak-anak balik penginapan dan aku berdua suami lanjut naik Bukit Langara. 10 menit sudah nyampe puncak batu walaupun ngos-ngosan, tapi kami salah gocek gais, harusnya kesono dikit supaya dapet view sungai. Tapi apalah daya, lama gak mendaki jadi kaki gemetar, ditambah ini bukit karst yang batunya tajam-tajam. Jadi viewnya cuma gunung doang ga ada sungainya. Sedih ya, liburan dikejar waktu gini banget. Tapi gapapa, kami sudah sampai di puncak Bukit Langara :D



Kami turun dan siap-siap mau balik ke rumah kakak di Penajam. Walaupun belum puas, seengganya kami sudah menginjakkan kaki di desa Kalsel dan nambah pin di google map aku. Perjalanan pulang kami lewat rute yang agak beda, seengganya kami gak lewatin kebun karet yang antah berantah itu. Beli oleh-oleh dodol Kandangan, beli kue cincin walaupun aku sempet gak ngerti mbanya dengan logat Barabai terus bilang "merasai" aku hah heh hoh dan ternyata manyicip lah? ya ampun wkwkwk, dan kami liat hamparan sawah di kanan kiri jalan Hulu Sungai Tengah, dan akhirnya melewatkan keramaian di Tanjung. Ini adalah baju yang kami beli di Outbond Camp Loksado, kami pake pas sudah sampai di Penajam, dengan perjalanan pulang sekitar 8 jam.


Merasai kue cincin khas Banjar

Makan dodol Kandangan langsung di Kandangan

Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Barabai

Tugu Paringin

Tugu Obor Tanjung

Desa Lano, Tabalong

Pentol time


Siap-siap untuk menginjak minimal 1 tempat di setiap provinsi lainnya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Balikpapan. 81 spot keren terbaru 2022

Tempat Wisata di Tenggarong, Samarinda, dan Kukar

Trip to Penajam Paser Utara