Pada dinas akhir tahun ini, entah kenapa tanpa ancang-ancang aku mulai memikirkan mengunjungi keluarga dari Bapakku yang notabene transmigran, di Sumatera Barat! Mungkin karena keinginanku yang belum menginjakkan kaki ke Sumatera, akhirnya Bandara Minangkabau menjadi pilihan pertamaku mendarat. And, let's begin the story.
7 Desember 2023, aku dan Mba Nisa, dapat panggilan dinas dari kantor untuk pisah sambut Manager baru, kami tiba di Jakarta, berkumpul dengan rekan sejawat dari site lain, melanjutkan makan siang, checkin hotel, malamnya jalan ke mall. Esok harinya acara berjalan lancar dan mengharukan, malamnya kami bermain di playtopia dan hari di Jakarta pun berakhir, saatnya aku mulai petualanganku!
 |
Healing our inner child but oldie power at playtopia |
9 Desember 2023 sebelumnya aku sudah hubungi sepupuku kalau aku akan mampir kesana, karena lumayan kalau dari Jakarta aku hanya menanggung separuh harga tiket pesawat. hihi agak licik ya? Dan ternyata mereka benar-benar excited sampai mereka merencanakan jemput aku pake mobil mereka padahal aku cuma minta dihubungkan ke travel supaya tidak merepotkan mereka. Tapi, keluargaku emang semuanya tulus, mereka rela jemput keponakan dari Kalimantan karena sudah jauh-jauh niat datang silaturahmi dan bertemu langsung, karena selama ini hanya menghubungi lewat telepon.
 |
sarapan dulu |
Perjalanan dimulai jam 4 pagi, aku sudah otw bandara, jam 7 flight dengan Pelita Air, alhamdulillah tidak ada delay dan sampai jam 08:10 WIB, dan disana aku langsung ke tempat iconicnya BIM (Bandara Internasional Minangkabau) karena sepupu dan palek bulekku sudah nunggu dari jam 6 pagi (mereka otw jam 1 malam dari Sitiung). Seneng campur kaget jelas, karena palek dan bulekku persis bapakku 😂 aku reflek manggil "Bapaaaak" ya ampun beneran semirip itu dan suaranya sama persis. Kami foto-foto lalu melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi karena mumpung disini mau dianterin mereka jalan-jalan.
 |
palek, aku, bulek, sepupu ipar |
 |
palek, aku, bulek, sepupu |
Keluar dari bandara, suasana Kota Padang Pariaman lebih tepatnya, cukup sejuk karena dikelilingi Bukit Barisan, dan hari masih pagi. Lalu kami mampir makan, dan akhirnya aku makan Nasi Padang, di Kota Padang 😆 Emang gulainya khas banget, aku belum nemu gulai dengan rasa serupa di tempat lain. Lalu kita lanjut perjalanan, walaupun supir dan navigatornya agak payah hahaha sepupuku ini lebih familiar dengan jalan di kampung daripada di kota, akhirnya aku mengambil alih jadi penunjuk jalan dengan google map.
 |
nasi padang pertamaku di padang |
 |
rel kereta barang padang |
First stop kami, Museum Bustanul Arifin PDIKM. Aku dan sepupuku masuk tanpa biaya masuk, orang tua menunggu di mobil. Kami foto-foto, bahkan aku ditungguin karena pengen pakai baju adat minang. Mau ngerasain jadi uni-uni sehari dengan suntiang yang ampun berat banget. Harga sewa baju adat Rp 25.000 sepuasnya dengan banyak pilihan. Spot foto ala minang yang memang glamor juga banyak. Beberapa orang ada yang foto keluarga atau prewedding.
 |
uni uni |
Lalu, karena belum pada mandi, jadi rencana mau mandi di Air Terjun Lembah Anai di Tanah Datar. Dengan jalan yang berkelok-kelok, suasana khas pengunungan dengan pemandangan gunung Singgalang dan Marapi yang saat itu masa erupsi. Perjalanan terlewati dengan baik. Sampai disana, ada biaya masuk tapi aku lupa mungkin Rp 5.000, dan kami ditawari jasa foto, dapat harga Rp 100.000 dapat 6 lembar yang besar. Hasilnya bagus, sekalian kenang-kenangan kami keluarga dari jauh berkumpul. Sayangnya kami ga jadi mandi karena malu ga ada yang turun main di air terjun padahal udah nenteng baju ganti dan handuk😂 Akhirnya kami cuma foto-foto, termasuk sama monyet yang ada di sekitar air terjun.
 |
Air Terjun Lembah Anai |
Kami melanjutkan perjalanan dengan medan yang makin berliku dan pemandangan aliran sungai yang jernih. Disini mulai terasa kalau perjalanan ini jauh, jadi kami mampir kerumah keluarga untuk numpang mandi. Dan juga jemput ponakanku yang sekolah di area Bukittinggi. Lalu kita lanjut akhirnya sampai di Jam Gadang. Sayang banget hujan deras, jadi kami berteduh di Pasa Ateh sambil foto-foto dan cari souvenir. Dan karena laper (lagi) aku jajan dan makan di Resto Simpang Raya. Lihat secara langsung pelayan restonya dengan piring yang bertumpuk di lengan dan kami cuma berdoa supaya ga jatuh.
 |
Pasa Ateh (atas) Bukittinggi |
 |
Hihi kita yang yang takut kalo jatuh pak |




Tadinya pengen banget ke Ngarai Sianok tapi sayang hujannya ga berenti, akhirnya kami pulang ke Sitiung. Melewati pegunungan yang entah apa namanya, mampir solat maghrib, stop di Danau Singkarak yang ternyata kalau siang cantik banget. Sayangnya kami malam ada disana. Lalu kita langsung cari oleh-oleh yang namanya Sanjay atau keripik-keripik gitu. Sampai kami tiba dirumah palek jam 1 malam lalu lanjut tidur. Hal yang tidak kuceritakan ke orang sana adalah, ga lama setelah aku baring di tempat tidur, di sisi lain ada 2 bulek dan palek ku. Aku ngerasa kaya dikeliling orang berjubah hitam, ada yang duduk dan berlutut. Entah ini pertanda apa tapi aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun dan datang dengan niat baik. Mereka juga tidak mengganggu, dan aku yakin ini bukan mimpi. Positive thinking aja, mungkin mereka menyambutku karena aku jauh dari Kalimantan, dan aku disini generasi ke sekian. Hehe. Walaupun aku juga jadi takut ke kamar mandi akhirnya kutahan sampai pagi hahahaha😂
 |
Sanjay 😍 |
 |
Next harus kesini pas siang |
10 Desember 2023. Menjalani pagi hari di desa, tau-tau bulek udah cucikan baju kotorku entah tau darimana itu kotor atau nggak yang jelas semua bajuku bersih. Dibuatkan sarapan nasi goreng. Feels like home 😊 punya palek dan bulek, sesabar dan semirip mama bapakku, bulek satunya agak nyablak tapi cengeng sama kaya sifatku wkwkkwk. Dan dimulailah pertanyaan ala anak-anak yang kaya baru pertama kali ngeliat suasana desa. Disamping rumah ada pohon bayam, kacang panjang, pisang, coklat yang dijemur dan ikan asin. Dibelakang rumah ada pohon sawit dan ternak sapi punya palek ada beberapa yang menjadikan palek harus mengarit rumput setiap hari. Didepan rumah ada gabah yang lagi dijemur (walaupun kalau hujan panik masukin, disini lebih penting gabah daripada jemuran wkkwkwk), bahkan aku ditawarin bawa beras dari sini wkwkkw kaya di Balikpapan ga ada beras aja. Katanya biar ngerasain beras dari kampung.
 |
Uni ku dan Ponakan ku |
Lanjut kami sawah, bersama sepupu ipar, uni ku yang dari Bukittinggi, Uni Dina dan Rezi. Dan anaknya ini mirip banget sama ponakan ku di Balikpapan dong. Bener-bener kaya macam kamu percaya setiap orang punya 7 kembaran hahaha. Kami naik motor ke sawah, liat padi yang menguning, foto-foto.
 |
Rumah Palek Yadi |
 |
Rumah Bulek Yati |
 |
Rumah Sepupu dan anaknya |
Setelah selesai aku mampir beli es dulu, pop esnya dua ribuan. Mampir ke tempat bulek dan anaknya. Judulnya aja di kampung gaes, tapi sawitnya dan hasil buminya banyak wkwkkwk bahkan mereka bisa loh bawa motor di medan yang aduhai kaya gini. Aku sih ga sanggup. Kita ke foto-foto ku dengan keluarga disana. Plus juragan Sitiung yang kerjaannya jaga toko dan makan rambutan.
 |
Bosgengku |
Siangnya setelah nunggu palek selesai ngarit dan solat, yah aku keliling ke tempat para orang tua, ngobrol sedikit, dan ini fotonya untuk diperlihatkan ke bapakku, karena beliau yang saling mengenal hihihi, 1 saudara tidak ada dirumah jadi foto halamannya aja.
 |
Keluarga Palek Yadi dan Mas Romi |
Setelah selesai silaturahmi, yang mostly aku dikira belum nikah padahal ada anak 2, kuanggap sebagai pujian dan harusnya Nando merasa terancam karena aku dianggap gadis wkwkwk. Yang paling bikin ngakak, disana ada orang jualan ayam crispy tapi karena disana adalah transmigran dari Jawa, ditulis "pitek crispy" setiap lewat pasti aku ngakak. Pengen beli tapi bulek udah masakin kami daun singkong tumis dan ayam kecap. Jadi aku pengen menghargai bulek yang udah masakin aku. Dan tradisinya sama, kalau makan wajib kumpul semua.
 |
Makan siang pakai ayam kecap dan tumis daun singkong |
Sorenya diajak sepupu makan bakso jadi kita ke Blok B, harus naik mobil beserta bocil-bocil yang super aktif dengan logat jawa yang kental. Aku aja kalah telak. Sayangnya waktu mereka makan bakso, aku nyari ATM untuk ongkos pulang besok malah dapatnya agak jauh akhirnya aku dibungkusin aja. Disini ada bukit hollywood versi Dharmasraya. Sempat tanya sama bulek kok air sungainya keruh coklat, katanya karena orang-orang mulai nambang emas jadi sungai yang jadinya jernih jadi butek. Sayang banget. Padahal secara jumlah penduduk dan perkembangannya, disini masih termasuk tidak padat dan sederhana banget.
 |
Kirain hollywood, sekalinya dharmasraya😂 |
Sampai dirumah minta anter ponakan beli softex, dan lanjut tidur karena mata makin lama makin sakit mungkin karena hari pertama aku ga ada tidur soalnya ga mau melewatkan pemandangan Sumbar sedikit pun. Alhasil mata sakit, bengkak, cenat cenut kaya mau pecah, tapi luarnya aja dalamnya gak merah. Dan aku melewatkan momen kumpul keluarga setelah isya karena aku ngantuk dan nahan sakit mata.
 |
Kumpul keluarga |
Paginya pas bangun, agak worry sama penerbangan ku khawatir ketinggalan pesawat. Yang tadinya pesan travel jam 10, dimajukan jadi jam 8 dan disitu mulai satset packing baju dan oleh-oleh, belum lagi sangu uang yang banyak dari keluarga disana. Bener-bener nyesel cuma sehari disana, dijalan aku nangis banget sudah mata sakit malah makin bengkak. Semoga aku bisa bawa keluarga kesini, paling nggak, mama dan anak-anak biar mereka ketemu langsung. Bener-bener sakitnya kaya patah hati.
 |
Sampai jumpa lagi yaa semuanya, insyaAllah aku akan balik |

Perjalanan ke bandara sambil sedih tapi takjub sama alam Sumbar. Di travel aku bareng 1 kakek dan 2 nenek. Jadi travel kami hanya ber-4 plus bawaannya seabreg. Semoga pak supirnya untung ya. Agak lucu juga jadi aku kaya anak muda yang mau ngantar orang tua dan mereka panggil aku nak, supir manggil aku akak😂 Perjalanan kami dipenuhi obrolan bahasa Minang, bolak balik ditawari jajan dan aku yang sibuk foto-foto pemandangan, supirnya kaya paham, tiap ada view bagus dia pasti melambatkan kecepatan mobilnya. Kami melewati beberapa tempat, Tebing Tinggi, Sungai Dareh dengan jembatan dan pemandangan lembah-lembah diujung sana, Tanjung Lolo dengan bukit bersusun seperti gunungan berjejer dengan bentuk setengah lingkaran, Muaro Sijunjung dengan pemandangan sawah dan disini para nenek-nenek stop untuk ke toilet, lucu banget liat mereka baru kenal udah kaya bestie meskipun jalannya mulai tertatih karena umur, Sawahlunto yang menyebut kotanya sebagai kota tambang dan agak berdebu disini, Solok dan disini mampir makan siang sambil beli kopi solok dan foto bukit barisan, melewati Sitinjau Lauik yang ternyata se-serem itu bahkan tempat ini tempat bapak Uni Dina meninggal, jadi banyak orang stand by dan memang panoramanya bagus. Truk depan kami bannya pecah, syukurnya tidak sampai terguling meskipun bingung mencari jalan landai untuk berhenti dan akhirnya ngedrop penumpang lain di Kota Padang sampai aku di Bandara.
 |
Memasuki daerah Padang |
 |
Gunung Talang |
 |
View Perbukitan Solok kayanya sih Kerinci |
 |
Tanjung Lolo |
 |
Ini lupa dimana hahaha |
 |
Ini di Sungai Dareh |
 |
Ini Muaro Sijunjung |
 |
Makan siang di Solok |
 |
View bukit dari rumah makan |
 |
Bersama nenek-nenek yang selalu berbagi jajan |
 |
Ini asli cantik banget |
 |
Sepanjang jalan kebanyakan sawah |
Karena flight masih 4 jam lagi dan counter checkin belum dibuka, sudah tanya ternyata tidak bisa titip bagasi, aku menghabiskan waktu diruang tunggu 2 jam, setelah checkin aku mencari ojek pangkalan di sekitar bandara untuk ke pantai Katapiang. Bapak ojeknya baik, sempat khawatir takut kenapa-napa dijalan tapi aku yakin Allah pasti melindungiku. Dapat bapak ojek yang sudah 6 tahun ngojek di bandara dan cerita masa lalunya kerja di pabrik, nawarin aku buat foto, ditambah dengan doa yang banyak plus semoga bisa bertemu lagi di lain waktu. Sehat-sehat ya pak. Dan aku melanjutkan perjalananku terbang ke Jakarta.
 |
Pantai Katapiang |
Sampai di Bandara Soekarno Hatta jam 20:30, hanya makan sosis karena sore sudah makan nasi goreng di Bandara Minangkabau, dan memutuskan tidur di kursi saja karena flight jam 6 pagi. Sayangnya tidur di bandara dengan kondisi mata makin sakit dan hawa yang dingin bikin makin ga bisa tidur. Setiap jam terbangun belum lagi drama kardus yang agak terbuka dan semut mulai berkeliaran karena isinya rambutan dan harus di wrapping. Jam 6 flight kembali ke Balikpapan. Harusnya aku kerja di hari itu juga, tapi mata makin parah akhirnya aku berobat dan pakai kacamata sementara waktu.
Meskipun pulang dalam keadaan mata sakit, tapi pengalaman yang tidak pernah kulupakan apalagi ku sesali. Bertemu keluarga yang luar biasa baik dan perhatian, tempat yang indah meskipun jauh. Semoga aku bisa membawa orang tuaku kesana💓
Komentar
Posting Komentar